desain sistem atau proses pembelajaran berbasis karakter
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai
pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal
ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan
karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dan untuk itu perlu adanya
pengembangan pembelajaran berbasis karakter guna menjadi alat untuk mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri.
Untuk
itu penulis menulis makalah yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran
berbasis karakter dan strategi pembelajaranya.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah, diantaranya :
1. Pengertian
Desain pembelajaran
2. Pengertian
Pendidikan Karakter
3. Bagaimana
cara membangun pembelajaran berbasis karakter
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana cara
mendesain suatu pembelajaran agar memberikan karakter baik kepada siswa dan
dapat memberikan pembelajaran bermakna
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Pendidikan karakter kini menjadi salahsatu wacana
utama dalam kebijakan nasional di bidang karakter Pendidikan. Seluruh kegiatan
belajar serta mengajar yang ada dalam negara indonesia harus merujuk pada
pelaksanaan pendidikan Karakter. Ini juga termuat di dalam Naskah Rencana Aksi
Nasional Pendidikan Karakter yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan pada
tahun 2010. Dalam naskah tersebut dinyatakan yakni pendidikan karakter menjadi
unsur utama dalam pencapaian visi dan misi pembangunan Nasional yang termasuk
pada RPJP 2005-2025.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis
dalam mengembangkan potensi peserta didik. Menurut wikipedia Pendidikan adalah
pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang
lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Karakter
atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi
pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Lebih
lengkap lagi Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir,
bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan
peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik
sebagai warga negara. Dalam kamus lain Pendidikan Karakter merupakan bentuk
kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik
diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.
B. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka
atau outline, dan urutan atau
sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay, 2001). Selain itu, kata desain juga
dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan
sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan (Smith dan
Ragan, 1993, p. 4). Sedangkan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari
penerapan teori belajar dan pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar
seseorang (Reigeluth, 1983). Desain pembelajaran juga diartikan sebagai proses
merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media.
Di sisi lain Gagne dkk mngembangkan konsep desain
pembelajaran dengan menyatakan bahwa desian pembelajaran membantu proses
belajar seseorang, di mana proses itu sendiri memiliki tahapan segera dan
jangka panjang. Menurut mereka proses belajar terjadi karena adanya
kondisi-kondisi belajar, internal maupun eksternal. Kondisi internal adalah
kemampuan dan kesiapan diri pebelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah
pengaturan lingkungan yang didesain. Penyiapan kondisi eksternal belajar inilah
yang disebut dengan desian pembelajaran. Untuk itu desain pembelajaran haruslah
sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan system agar berhasil meningkatkan
mutu kinerja seseorang. Dan mereka berpendapat bahwa proses belajar yang
terjadi secara internal dapat ditumbuhkan, diperkaya jika faktor eksernal, yaitu
pembelajaran dapat didesain dengan efektif.
Desain pembelajaran tidak hanyan berperan sebagai
pendekatan yang terorganisasi untuk memproduksi dan mengembangkan bahan ajar,
tetapi juga merupakan sebuah proses genetic yang dapat digunakan untuk menganalisis
masalah pembelajaran dan kinerja manusia serta menetukan solusi yang tepat
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Desain pembelajaran lazimnya dimulai dari kegiatan
analisis yang digunakan untuk menggambarkan masalah pembelajaran sesungguhnya
yang perlu dicari solusinya. Setelah dapat menentukan masalah yang sesungguhnya
maka langkah selanjutnya adalah menentukan alternaif solusi yang akan digunakan
untuk mengatasi masalah pembelajaran.
Seorang perancang program pembelajaran perlu menentukan solusi yang
tepat dari berbagai alternatif yang ada.
Selanjutnya ia dapat menerapkan solusi tersebut untuk mengatasi masalah yang
dihadapi. Evaluasi adalah langkah selanjutnya, sehingga nantinya bias
mengetahui rancangan atau desain yang sesuai dengan pembelajaran dan desain
tersebut busa diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
C.
Pentingnya
Pendidikan karakter dalam pembelajaran
Pendidikan merupakan suatu system yang teratur dan mengemban misi yang cukup
luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah
kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam
melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan
pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak
didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang
masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini
adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan
pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif,
fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). pembentukan karakter harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek knowledge,
feeling, loving, dan acting. Pijakan utama yang harus dijadikan sebagai
landasan dalam menerapkan pendidikan karakter ialah nilai moral universal yang
dapat digali dari agama. Meskipun
demikian, ada beberapa nilai karakter dasar yang disepakati oleh para pakar
untuk diajarkan kepada peserta didik.
Komponen pendukung dalam pendidikan karakter meliputi; partispasi masyarakat,
kebijakan pendidikan, kesepakatan, kurikulum terpadu, pengalaman pembelajaran,
evaluasi, bantuan orangtua, pengembangan staf dan program.
D.
Pendidikan
karakter dalam pembelajaran
Pendidikan ke arah terbentuknya karakter bangsa para
siswa merupakan tanggung jawab semua guru. Oleh karena itu, pembinaannya pun
harus oleh semua guru. Dengan demikian, kurang tepat jika dikatakan bahwa
mendidik para siswa agar memiliki karakter bangsa hanya ditimpakan pada guru
mata pelajaran tertentu, semisal guru PKn atau guru pendidikan agama. Walaupun
dapat dipahami bahwa porsi yang dominan untuk mengajarkan pendidikan karakter
bangsa adalah para guru yang relevan dengan pendidikan karakter bangsa.
Tanpa terkecuali, semua guru harus menjadikan dirinya
sebagai sosok teladan yang berwibawa bagi para siswanya. Sebab tidak akan
memiliki makna apapun bila seorang guru PKn mengajarkan menyelesaikan suatu
masalah yang bertentangan dengan cara demokrasi, sementara guru lain dengan
cara otoriter. Atau seorang guru pendidikan agama dalam menjawab pertanyaan
para siswanya dengan cara yang nalar yaitu dengan memberikan contoh perilaku
para Nabi dan sahabat, sementara guru lain hanya mengatakan asal-asalan dalam
menjawab.
Sesungguhnya setiap guru yang mengajar haruslah sesuai
dengan tujuan utuh pendidikan. Tujuan utuh pendidikan jauh lebih luas dari misi
pengajaran yang dikemas dalam Kompetensi Dasar (KD). Rumusan tujuan yang
berdasarkan pandangan behaviorisme dan menghafal saja sudah tidak dapat
dipertahankan lagi Para guru harus dapat membuka diri dalam mengembangkan
pendekatan rumusan tujuan, sebab tidak semua kualitas manusia dapat dinyatakan
terukur berdasarkan hafalan tertentu. Oleh karena itu, menurut (Hasan, 2000)
pemaksaan suatu pengembangan tujuan didalam kompetensi dasar tidak dapat
dipertahankan lagi bila hanya mengacu pada hafalan semata.
Hasil belajar atau pengalaman dari sebuah pembelajaran
dapat berdampak langsung dan tidak langsung. Menurut Joni (1996) mengatakan
dampak langsung pengajaran dinamakan dampak instruksional sedangkan dampak
tidak langsung dari keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan belajar yang
dirancang guru disebut dampak pengiring. Dampak pengiring adalah pendidikan
karakter bangsa yang harus dikembangkan, tidak dapat dicapai secara langsung,
baru dapat tercapai setelah beberapa kegiatan belajar berlangsung. Dalam penilaian
hasil belajar, semua guru akan dan seharusnya mengukur kemampuan siswa dalam
semua ranah (Waridjan, 1991).
Dengan penilaian seperti itu maka akan tergambar sosok
utuh siswa sebenarnya. Artinya, dalam menentukan keberhasilan siswa harus
dinilai dari berbagai ranah seperti pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan perilaku (psikomotor). Seorang siswa yang menempuh ujian Matematika secara
tertulis, sebenarnya siswa tersebut dinilai kemampuan penalarannya yaitu
kemampuan mengerjakan soal-soal Matematika. Juga dinilai kemampuan pendidikan
karakter bangsanya yaitu kemampuan melakukan kejujuran dengan tidak menyontek
dan bertanya kepada teman dan hal ini disikapi karena perbuatan-perbuatan
tersebut tidak baik. Di samping itu, ia dinilai kemampuan gerak-geriknya, yaitu
kemampuan mengerjakan soal-soal ujian dengan tulisan yang teratur, rapi, dan
mudah dibaca (Waridjan, 1991).
Selain penilaian dilakukan terhadap semua kemampuan
pada saat ujian berlangsung, boleh jadi seorang guru memperhitungkan
tindak-tanduk siswanya di luar ujian. Seorang guru mungkin saja tidak akan
meluluskan seorang siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran tertentu karena
perilaku siswa tersebut sehari-harinya adalah kurang sopan, selalu usil, dan
suka berbuat keonaran meskipun dalam mengerjakan ujian siswa itu berhasil baik
tanpa menyontek dan menuliskan jawaban ujian dengan tulisan yang jelas dan
rapi.
Oleh karena
itu, akan tepat apabila pada setiap mata pelajaran dirumuskan tujuan pengajaran
yang mencakupi kemampuan dalam semua ranah. Artinya, pada setiap rencana
pembelajaran termuat kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor; dampak
instruksional; dan dampak pengiring. Dengan demikian, seorang guru.
akan
menilai kemampuan dalam semua ranah ujian suatu mata pelajaran secara absah.
Pendidikan karakter bangsa dalam keterpaduan
pembelajaran dengan semua mata pelajaran sasaran integrasinya adalah materi
pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar para siswa.
Konsekuensi dari pembelajaran terpadu, maka modus belajar para siswa harus
bervariasi sesuai dengan karakter masing-masing siswa. Variasi belajar itu
dapat berupa membaca bahan rujukan, melakukan pengamatan, melakukan percobaan,
mewawancarai nara sumber, dan sebagainya dengan cara kelompok maupun
individual.
Terselenggaranya variasi modus belajar para siswa
perlu ditunjang oleh variasi modus penyampaian pelajaran oleh para guru.
Kebiasaan penyampaian pelajaran secara eksklusif dan pendekatan ekspositorik
hendaknya dikembangkan kepada pendekatan yang lebih beragam seperti diskoveri
dan inkuiri. Kegiatan penyampaian informasi, pemantapan konsep, pengungkapan
pengalaman para siswa melalui monolog oleh guru perlu diganti dengan modus
penyampaian yang ditandai oleh pelibatan aktif para siswa baik secara
intelektual (bermakna) maupun secara emosional (dihayati kemanfaatannya)
sehingga lebih responsif terhadap upaya mewujudkan tujuan utuh pendidikan.
Dengan bekal varisai modus pembelajaran tersebut, maka skenario pembelajaran
yang di dalamnya terkait pendidikan karakter bangsa dapat dilaksanakan lebih
bermakna.
Penempatan Pendidikan karakter bangsa diintegrasikan
dengan semua mata pelajaran tidak berarti tidak memiliki konsekuensi. Oleh
karena itu, perlu ada komitmen untuk disepakati dan disikapi dengan saksama
sebagai kosekuensi logisnya. Komitmen tersebut antara lain sebagai berikut.
Pendidikan karakter bangsa (sebagai bagian dari kurikulum) yang terintegrasikan
dalam semua mata pelajaran, dalam proses pengembangannya haruslah mencakupi
tiga dimensi yaitu kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai dokumen, dan
kurikulum sebagai proses (Hasan, 2000) terhadap semua mata pelajaran yang dimuati
pendidikan karakter bangsa. Lebih lanjut, Hasan (2000) mengurai bahwa
pengembangan ide berkenaan dengan filosofi kurikulum, model kurikulum,
pendekatan dan teori belajar, pendekatan atau model evaluasi.
Pengembangan
dokumen berkaitan dengan keputusan tentang informasi dan jenis dokumen yang
akan dihasilkan, bentuk/format Silabus, dan komponen kurikulum yang harus
dikembangkan. Sementara itu, pengembangan proses berkenaan dengan pengembangan
pada tataran empirik seperti RPP, proses belajar di kelas, dan evaluasi yang
sesuai. Agar pengembangan proses ini merupakan kelanjutan dari pengembangan ide
dan dokumen haruslah didahului oleh sebuah proses sosialisasi oleh orang-orang
yang terlibat dalam kedua proses, atau paling tidak pada proses pengembangan kurikulum
sebagai dokumen.
Dalam pembelajaran terpadu agar pembelajaran efektif
dan berjalan sesuai harapan ada persyaratan yang harus dimiliki yaitu (a)
kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai
kemungkinan arahan pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring
terwujudnya kaitan-kaitan koseptual intra atau antarmata bidang studi dan (b)
penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan (Joni,
1996). Berkaitan dengan Pendidikan karakter bangsa sebagai pembelajaran yang
terpadu dengan semua mata pelajaran arahan pengait yang dimaksudkan dapat
berupa pertanyaan yang harus dijawab atau tugas-tugas yang harus dikerjakan
oleh para siswa yang mengarah kepada perkembangan pendidikan karakter bangsa
dan pengembangan kualitas kemanusiaan.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar
manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang
bersumber dari agama yang juga disebut sebagai The Golden Rule. Pendidikan
karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai
karakter dasar tersebut.
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma
sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama,
yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut
adalah daftar nilai-nilai utama yangdimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan
Tuhan
a.
Religius
Pikiran,
perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada
nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya.
2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan
diri sendiri
a.
Jujur
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan
pihak lain.
b.
Bertanggung jawab
Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
c.
Bergaya hidup sehat
Segala
upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat
dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
d.
Disiplin
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
e.
Kerja keras
Perilaku
yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f.
Percaya diri
Sikap
yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
g.
Berjiwa wirausaha
Sikap
dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h.
Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir
dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
j. Rasa ingin tahu
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
k.
Cinta ilmu
Cara
berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan
sesama
a.
Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap
tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri
dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b.
Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap
menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
c.
Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
d.
Santun
Sifat
yang halus dan baik dari sudut pandang, tata bahasa maupun tata perilaku ke
semua orang.
e.
Demokratis
Cara
berfikir, bersikapdan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan
lingkungan
a.
Peduli sosial dan lingkungan
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakanpada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
5) Nilai kebangsaan
Caraberpikir,
bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negaradi atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
Nasionalis
Cara
berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsanya.
b.
Menghargai keberagaman
Sikap
memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk
fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama
Menurut
Lickona, Schaps dan Lewis (2003), bahwa pendidikan karakter harus didasarkan
pada sebelas prinsip berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika
sebagai basis karakter
2) Mengidentifikasi karakter secara
komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku,
3) Menggunakan pendekatan tajam, proaktif dan
efektif untuk membangun karakter,
4) MenCiptakan komunitas sekolah yang memiliki
kepedulian
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan perilaku yang baik,
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang
bermakna dan menantang yang menghargai semua pserta didik, membangun karakter
mereka dan membantu mmereka untuk meraih sukses,
7) Mengusahakan tumbuhanya motovasi diri pada
peserta didik,
8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai
komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia
pada nilai dasar yang sama,
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan
dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter,
10)Memfungsikan
keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter,
11)Mengevaluasi
karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
menifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
latar belakang dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)
Lembaga pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat
meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta;
2) Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada Warga sekolah;
B.
Saran
Pendidikan karakter sebagai suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter bagi peserta didik perlu terus dilakukan dengan lebih
intensif dan berkesinambungan dalam semua mata pelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
https://imansantoso73.wordpress.com/2013/05/10/pendidikan-karakter-dalam-pembelajaran/
(diakses 15 januari 2018)
https://imansantoso73.wordpress.com/2013/05/10/pendidikan-karakter-dalam-pembelajaran/
(diakses 15 januari 2018)
http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk/article/view/213
(diakses 15 januari 2018)
Komentar
Posting Komentar